Breaking News

Rabu, 26 Oktober 2016

CERITAKU AWAL MENJADI GURU

Tahun 2001 tidak dapat saya lupakan karena ditahun tersebut banyak hal yang terjadi tanpa terencanakan sebelumnya. Pada tahun tersebut saya sangat galau tidak tahu harus berbuat apa, mau melanjutkan kuliah biaya tidak ada, mau kerja tidak memiliki skill, ditambah saat itu kodisi Aceh dalam keadaan konflik. Semua orang dalam keadaan ketakutan, banyak pemuda yang seusia saya terjun menjadi anggota GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Disaat kegalauan saya, ada beberapa orang yang menawarkan pekerjaan, diantaranya jualan dikios, saya jalani hanya satu bulan, menjadi kondektur trayek Panton labu – Lhokseumawe, dalam hati kecil saya tidak ingin selamanya menjadi kondektur, 10 hari kemudian saya berhenti bekerja,  tidak lama setelah itu, saya ditawarkan mengajar anak-anak di SD.

Pada saat beliau meminta saya untuk mengajar, saya belum memiliki ilmu untuk mengajar, belum tau cara mendidik, saya hanya tamatan SMU, karena pertimbangan ingin mendapatkan pengalaman “ bagaimana sih rasanya menjadi guru?” dan juga dorongan dari orang tua saya, akhirnya saya menerima tawaran beliau untuk mengajar anak-anak disekolah dasar, pada saat itu beliau mengajar di kelas II, berarti saya tanpa pilihan saya harus mengajar dikelas II SD.

Siapa sih beliau yang menawarin untuk mengajar, tidak lain beliau adalah guru saya waktu SD , beliau guru kelas V waktu saya masih duduk dibangku sekolah dasar, M.Yakop namanya, karena sakit beliau ingin berobat ke Langsa. Saat itu kondisi daerah Aceh sedang dilanda konflik tidak semua orang mau mengajar, apalagi gaji guru sangat sedikit, tidak sama seperti sekarang. Gaji guru sekarang selain gaji yang diterima tiap bulan juga mendapat tunjangan tambahan yaitu tunjangan sertifikasi, satu kali gaji pokok tiap bulan. Pada saat itu semua sekolah kekuranga guru, tidak ada orang yang mintak mengajar, banyak guru yang mintak pindah dengan berbagai alasan, tetapi sekarang banyak orang ingin mengajar walau hanya bakti tanpa bayaran.

Dihari pertama mengajar, saya kelimpungan kalang kabut, suasana kelas ribut, bagaimana caranya mengajar dan mendidik anak sebanyak 36 siswa, rasanya mengajar dihari pertama seperti kata cita citata  “sakitnya tuh disini” dada saya terasa sesak, mau kita bentak takutnya anak-anak menangis, tidak kita bentak suasana kelas ribut. Jauh sekali bedanya, saya mengajar dengan guru saya waktu di SMU, maklum guru-guru saya itu sudah memiliki ilmu mendidik, sudah serjana, sedangkan saya hanya tamatan SMU yang tidak tau cara membuat anak-anak tenang, senang, dan nyaman dalam belajar.

Ketika anak – anak ribut saya hanya bisa memukul meja, “anak-anak diam…….”. Cuma lima menit anak – anak bisa diam, kemudian anak yang sering buat keributan saya panggil kedepan dan berdiri, dalam hati saya berkata “ berat juga rasanya menjadi guru”. Saya mengajar tiap hari 4 jam pelajaran dari jam 08.00 sampai  jam 10.20, sehabis itu saya pulang kerumah, hari pertama dan seterusnya seperti itu juga rutinitas yang harus saya jalani. Berat sekali tugas menjadi guru tidak semudah yang kita bayangkan, seperti kata orang “ jadi guru SD gampang tinggal masuk kelas ngajar ini budi, ini bapak budi, ini adik budi,”. Menjadi guru itu ternyata harus memiliki kemampuan khusus yaitu kita harus mengetahui apa mau sianak, keadaanya, karakternya yang berbeda-beda serta kondisi ekonomi orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak.

Saya diarahkan untuk mengajar dikelas II supaya anak-anak bisa membaca, menulis, dan berhitung. Saat itu saya tidak tahu teknik mengajar untuk anak-anak, apalagi dikelas rendah, bagaimana cara menarik perhatian anak-anak supaya anak-anak tertarik, mau menulis dan membaca, bekal yang saya miliki hanya kemauan dan keberanian untuk tetap maju menghadapi tantangan dan pengalaman baru. Setiap hari ada saja ulah anak-anak, ada yang menangis tidak bisa menulis, ada yang berkelahi, ada yang hanya duduk saja tidak mau menulis, ada yang selalu bertanya, dua jam mengajar rasanya stresssssssss sekali, sampai di rumah langsung  tertidur hingga jam 12, selama satu bulan masalah tersebut saya pendam dalam hati, tidak berani bertanya dan menceritakan kepada guru-guru yang lain, maklum saja, baru mengajar malu kepada guru – guru yang lain, apalagi guru-guru tersebut semuanya guru saya enam tahun yang lalu.

Sebulan kemudian saya berhenti mengajar, saya pikir pak M.Yakop sudah sehat dan sudah bisa mengajar seperti biasa, berarti tugas saya untuk mengantikan beliau sudah selesai, saya tidak ingin anak-anak itu bodoh karena ketidaktahuan saya  dalam mendidik, saat itu saya berpendapat bahwa guru tidak dapat digantikan oleh orang lain yang tidak memiliki kemampuan untuk mendidik, membimbing, dan mengarahkan, atau bahasa lain kita katakan guru adalah orang yang menjadi panutan bagi anak-anak didik yang bisa mengantikan orang tua mereka dirumah.

Setelah dua hari saya tidak masuk kelas, Bapak M.Yakob datang kerumah saya meminta supaya saya mau mengajar lagi, dalam hati saya sudah mantap untuk menolak pekerjaan tersebut, karena pekerjaan tersebut sudah saya jalani cukup berat bagi saya yang tidak memiliki ilmu menjadi seorang guru yang baik, disaat itulah semua permasalah yang ada selama sebulan saya ceritakan. Namanya saja beliau guru senior di SDN Tanjong Minjei, beliau sangat bijak dan mantap menjelaskan kepada saya, beliau orang yang pertama memberi semangat hidup bagi saya, yang awalnya saya menolak kini berubah 1800, selain memberi motifasi, tanpa saya minta beliau juga bersedia memberi honor 100 ribu perbulan, bagi saya honor tersebut sangat besar.

Baru dua hari merasa tenang kini gejolak hati dan ketentraman jiwa kembali diuji, saya harus berhadapan dengan anak-anak lagi, dengan kodisi yang sama, tempat yang sama, wajah yang sama, Cuma hari yang berbeda, saya mulai menjalakan rutinitas seperti biasanya, hari itu saya sudah berani masuk keruang dewan guru, guru yang pertama menegur saya yaitu almarhum abah Husaini, beliau guru agama disekolah tersebut dan beliau termasuk guru yang disegani oleh guru-guru yang lain karena beliau orang yang dituakan karena ilmunya.

Setiap hari beliau membagikan ilmunya kepada saya bagai mana cara bergaul dengan anak-anak, cara mendidik anak yang baik, tempat-tempat yang boleh dipukul yang tidak membahayakan bagi anak, saya teringat dengan penjelasan beliau ” kalau kita mendidik dengan kekerasan akan melahirkan dendam, kalau kita mendidik dengan ketegasan akan melahirkan kedisiplinan, kalau kita mendidik dengan kasih sayang akan melahirkan cinta”. Sejak saat itu saya sangat tertarik untuk membaca buku tentang cara mendidik anak, sampai saat ini saya masih teringat kalimat dalam buku yang saya baca “masuk kedunia anak-anak bermaian dengan anak-anak baru bisa kita mengajarkan mereka”.

Ilmu-ilmu yang saya dapatkan baik dari senior maupun dari buku-buku yang saya baca, saya terapkan ketika mengajar, sejak saat itu saya mulai memperhatikan perubahan-perubahan pada anak-anak, ternyata anak tersebut sangat senang bila dipuji, disanjung, dihargai, dan mendapatkan perhatian dari kita. Anak-anak lebih senang kalau kita mengajarkan hal-hal yang mudah kemudian secara perlahan-lahan kepada yang lebih rumit. Selain itu anak-anak paling suka berijiminasi, saya sering menciritakan dongeng – dongeng yang didalamnya mengandung pesan moral, dan motifasi.

Setelah beberapa bulan kemudian, kodisi siswa sudah bisa terkontrol dan mudah diatur. Saya menerapkan aturan – aturan yang ringan bagi mereka, memberi salam ketika berjumpa dengan guru maupun ketika pulang kerumah, meminta izin bila keluar kelas, membaca doa sebelum dan sesudah belajar, menyiapkan barisan sebelum masuk. Setiap hari aturan tersebut harus dijelaskan berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan.

Setelah aturan sudah menjadi kebiasaan, yang namanya anak-anak selalu saja membuat ulah, entah ketidaktahuan atau karena ikut-ikutan, pernah suatu hari seorang anak meminta izin untuk buang air kecil, kemudian yang lain juga ikut minta izin, trus semua anak laki -laki minta izin untuk buang air kecil, semuanya saya kasih izin sehingga pembelajaran tertunda sampai 8 menit, setelah semuanya masuk, dengan nada sedikit lebih keras, semua tidak boleh keluar, “bapak tidak memberi izin lagi untuk keluar”. Setelah 30 menit kemudian seorang siswa berteriak “ pak bee geuntot ”. murid yang lain”  pak kon geuntot si amad ka jitoh ek lam sileuweu”.

Sejak saat itu saya menyimpulkan bahwamenjadi guru tidaklah semudah yang kita bayangkan. Guru bukan hanya berdiri di depan kelas untuk memberikan sejumlah materi atau bahan yang perlu diajarkan kepada anak didik. Lebih dari itu peranan guru sangat menentukan  keberhasilan anak dalam proses pendidikan. Guru adalah orang yang profesional di bidangnya, artinya tugas seorang guru tidak dapat digantikan oleh orang lain yang bukan guru.


Tidak ada komentar:

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog